Seminar Internasional Raising Awareness Luncurkan Buku Ensiklopedi Ulama Banjar Edisi 2024, Ada Tambahan 11 Tokoh, Termasuk Abah Guru Banjar Indah
BANJARMASIN – Tuan Guru H. Saifuddin Zuhri, atau akrab dikenal sebagai Abah Guru Banjar Indah, salah satu ulama masyhur Kalimantan Selatan. Setelah kepulangan beliau di April lalu, akhirnya pihak keluarga mengizinkan Riwayat hidup keturunan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari tersebut untuk dibukukan, dan kini masuk dalam 11 tambahan tokoh di Ensiklopedi Ulama Banjar Edisi 2024.
Buku tersebut merupakan cetakan revisi oleh Pusat Studi Kajian Banjar dan Melayu yang dipimpin Ahmad Muhajir, Ph.D., atas inisiasi dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Ensiklopedi ini diluncurkan di sela Seminar Internasional Raising Awareness Budaya Banjar dan Melayu, di Auditorium Mastur Jahri Kampus 1, Selasa (09/07).
Di pertemuan ini ada 3 karya yang dikenalkan, termasuk ensiklopedi tersebut. Hadir menjadi narasumber materi pertama, adalah salah satu anggota tim penulis, yakni Muhammad Bulkini, S.Pd.
“Selain Tuan Guru H. Saifuddin Zuhri, kita juga menambahkan Tuan Guru Haji Ilham Humaidi. Beliau sosok ulama yang sangat muda, dan majelis-majelis beliau sering diikuti ribuan jemaah,” jelas jurnalis asal Kabupaten Banjar tersebut.
Karya berikutnya yang dibahas adalah kitab Sabilal Muhtadin, dengan mengundang langsung penulis syarahnya yang juga keturunan Datu Kalampayan, yakni Tuan Guru H. Abdus Salam AM, dari Pondok Pesantren Datu Isma’il Kuaro, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur.
Ia pun mengaku senang terhadap perhatian serius UIN Antasari atas karya-karya para ulama Banjar. Apalagi dalam catatannya, ada 1.135 manuskrip dari 68 penulis yang tersebar ke berbagai negara, menandakan kekayaan ilmu dari Bumi Banjar.
“Alfaqir sangat senang mendengar kabar, bahwa UIN Antasari meresmikan Banjar Corner dan Melayu Corner pada tahun 2021, yang berisikan manuskrip-manuskrip ulama Banjar dan Melayu,” tegas Tuan Guru H. Abdus Salam AM.
Sementara di sesi ketiga, hadir peneliti muda dari National University of Singapore (NUS), yakni Dr. Azhar Ibrahim. Ia pun berkesempatan memaparkan tentang salah satu naskah bersejarah, yakni Hikayat Banjar.
Hikayat Banjar merupakan kumpulan naskah tambo/babad sejarah kerajaan di Kalimantan, yakni Kesultanan Banjar dan Kerajaan Kotawaringin. Naskah Hikayat Banjar ditulis dalam akrasa Arab-Melayu dan menjadi salah satu bukti tentang penyebaran Islam di Nusantara.
Kegiatan ini turut diapresiasi Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kelembagaan Dr. Hj. Nida Mufidah, M.Pd., saat mewakili Rektor Prof. Dr. H. Mujiburrahman, M.A. untuk membuka acara.
“Seminar ini penting untuk meningkatkan kesadaran kita bersama, bahwa budaya Banjar dan Melayu perlu dihormati dan dijunjung. Apalagi dalam kebudayaan itu ada panduan yang bisa kita ambil untuk kehidupan sehari-hari,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Koordinator Pusat Studi Kajian Banjar dan Melayu Ahmad Muhajir, Ph.D., mengajak generasi muda untuk ikut berperan dalam pelestarian kebudayaan ini.
“Mari kita berkarya, seperti mengisi konten-konten internet dengan mengenalkan budaya Banjar, terlibat penelitian, hingga berpartisipasi dalam forum-forum kreatif,” ajaknya.
Seminar ini juga dialirkan secara langsung via daring, dan bisa disaksikan ulang di https://www.youtube.com/live/UAIh4RSrhok.
(Fur/Ana)
