KKN Desa Tandilang RT 01–03, Tidak Ada Kendala yang Berarti
TANDILANG – Sabtu (28/9/2024), sejak Subuh, tim monitoring KKN UIN Antasari ke Kecamatan Batang Alai Timur, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, telah siap berangkat dari Kampus 1 Banjarmasin. Monitoring dilakukan sebagai bagian dari upaya mengontrol dan mengevaluasi program KKN yang telah dilaksanakan oleh para mahasiswa/i. Di samping itu, juga merupakan ajang kunjungan kepada para tokoh masyarakat di desa tersebut.
Tim monitoring yang terdiri atas Siti Muflichah, Ph.D. (Koordinator Pusat Penerbitan dan Rumah Jurnal dan HKI), Noor Hasanah, MA. (Koordinator Pusat Humas dan Keterbukaan Informasi), Yokke Andini, M.Pd. (Dosen/Staf pada Pusat Penerbitan dan Rumah Jurnal dan HKI), Baiti Rahmi, S.Kom (Staf Pusat Humas dan Keterbukaan Informasi), dan Miftahuddin (Staf pada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) pada melewati perjalanan sekitar 190 km. Ketika memasuki Kabupaten Batang Alai Timur, segera menuju Tandilang.
Matahari menyemburkan panas sangat terik. Jalan terjal penuh dengan bebatuan besar akibat rusak sangat terasa, curam, dan sempit, dibatasi dengan jurang. Masuk kawasan perbukitan dan hutan didominasi oleh pohon-pohon besar menuju Desa Tandilang RT 01-03, sinyal sudah hilang, sehingga tidak dapat menjalin komunikasi kepada mahasiswa/i KKN untuk menunjukkan lokasi.
Setibanya di lokasi, mahasiswa/i KKN Desa Tandilang RT 01–03 menyambut dengan ramah. Tidak tanggung-tanggung, sebuah semangka besar dari Nagara langsung dibelah dan dihidangkan sebagai jamuan untuk tim monitoring. Segarnya semangka berwarna merah memecah rasa terik matahari yang terasa menyengat, perbincangan menjadi akrab diselingi canda. Tanpa sungkan, cerita mengalir lancar dari para mahasiswa/i KKN.
“Tidak ada kendala yang berarti di tempat desa KKN kami ini Tandilang RT 01–03. Hanya saja, sinyal sangat sulit dan keterbatasan ada alat transportasi. Itu bukan masalah bagi kami,” ungkap Mayasari, mahasiswi Fakultas Syariah.
“Pada malam hari, suasana desa sangat sepi. Penerangan jalan hanya mengandalkan lampu rumah warga, namun Habsyian dan Burdahan lancar saja dilaksanakan dan banyak warga yang semangat untuk datang,” tambah Amalia Fitri, mahasiswi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Diketahui dari perbincangan bahwa warga memfasilitasi 2 buah rumah untuk digunakan mahasiswa dan mahasiswi, tanpa dibebankan biaya sewa, listrik, dan air. Selain itu, mereka juga acapkali dipinjamkan motor sebagai alat transportasi jika perlu ke kota untuk membeli keperluan dapur.
“Alhamdulillah, warga sangat baik. Program kami juga disambut dengan antusias dan berjalan lancar. Di akhir nanti, kami akan memberikan 10 bak sampah besar untuk dibagikan ke warga. Karena saat ini, warga masih belum memiliki tempat pembuangan sampah, dan tidak jarang juga, membuang sampah ke sungai,” ungkap Laeli Lutfiani, mahasiswi Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, mengakhiri cerita.
(Ana/Ami)
