Inspirasi 2 Tokoh Besar dari Murid Gus Dur
Hairus Salim H.S. saat menjadi pembicara di Seminar Ilmiah, di Auditorium Mastur Jahri (Foto Humas: Hadi Rustami
BANJARMASIN – Sekitar setengah jam, Hairus Salim H.S. membacakan esainya yang mendayu-dayu. Ia pun bercerita bagaimana awal mula bersentuhan dengan buku, hingga bisa ke Eropa berkat gandrung membaca karya Buya Hamka, dan terinspirasi gaya tokoh muda kala itu, yang akrab disapa Gus Dur.
Gus Dur dikenalnya saat mengkritik masyarakat yang memuji Buya Hamka sebagai Tokoh Sastrawan besar.
Hairus Salim pun terbuka wawasannya, bahwa memang ada karya-karya yang lebih fenomenal dari penulis-penulis terkenal dunia.
Ia pun mengaku kagum dengan intelektualitas Gus Dur, meski berlatar pesantren, ternyata menguasai dunia sastra.
“Bagaimanapun komentar kritis Gus Dur ini tidak mengakhiri ketertarikan saya kepada Buya Hamka, karya-karya beliau tetap menarik sebagai dokumentasi sosial, beliau juga adalah wakil Islam dalam gelandang sastra sebagaimana disebut H.B. Jassin, dan beliau adalah sebagai pemula dalam penulisan sastra Islami,” tegas Hairus Salim saat menjadi pembicara di Seminar Ilmiah, di Auditorium Mastur Jahri, Rabu (25/01/2023).
Apalagi dalam kesempatan lain Gus Dur tetap memuji Buya Hamka sebagai komunikator ulung, penghubung berbagai golongan. Sehingga lewat kegiatan yang diselenggarakan UPT Ma’had Al-Jamiah ini, para mahasantri-mahasantriwati diharapkan bisa mendapatkan inspirasi dari dua tokoh besar tersebut.
“Kita tahu bahwa UIN Antasari Banjarmasin menginginkan mahasiswanya mempunyai pemikiran yang terbuka, tidak eksklusif, apalagi kita di perguruan tinggi tentu belajar banyak hal, dan kemungkinan banyak hal pula yang tidak sejalan dengan pelajaran-pelajaran kita sebelumnya, atau bahkan menjadi keyakinan kita sebelumnya,” tegas Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan Dr. H. Akhmad Sagir, M.Ag. dalam sambutannya.
Seperti diketahui, Hairus Salim H.S. dikenal dekat dengan Gus Dur, saat ia bersama teman-temannya merintis pendirian usaha penerbitan LKIS (Lembaga Kajian Islam dan Sosial).
Dari situlah ia rutin menyunting tulisan-tulisan Gus Dur sebelum menjadi buku, dan sering pula berbincang ramah di kediaman Presiden ke-4 Republik Indonesia tersebut.
Kini, Hairus Salim membina pesantren Bumi Cendikia yang didirikannya di Yogyakarta, dan akrab dengan orang-orang Banua, karena memang kelahirannya dari Kabupaten Tabalong, yang sekarang menetap di Pulau Jawa.
(Fur/Ali)
