Tamu Malaysia, Tertarik Cincin Seharga Avanza
Ibu-ibu berfoto bersama Staf Ahli Wali Kota Banjarmasin Lukman Fadlun (Foto:Humas/Hadi Rustami)
BANJARMASIN – Cincin itu menarik mata, dan terlihat wah. Tak tanggung-tanggung, menurut pemiliknya, Staf Ahli Wali Kota Banjarmasin Bidang Hukum Politik dan Pemerintahan Dr. H. Lukman Fadlun, M.H., nilainya seharga Avanza.
Angka tersebut keluar, saat ia menjawab pertanyaan ibu-ibu pimpinan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam yang tergabung dalam Asian Islamic Universities Association (AIUA), yang juga ada berasal dari Malaysia.
Para ibu ini penasaran, karena saat memberikan sambutan, Dr. H. Lukman Fadlun, M.H. tampil memukau dengan hiasan cincin berlian di jari manis tangan kanannya, dilengkapi cicin berwarna merah delima di tangan kirinya.
“Nah ini mohon maaf, karena ada yang bertanya, sebenarnya saya ini di samping birokrat, dosen, saya kadang-kadang nyambi pedagang berlian,” ucapnya disambut senyum para tamu undangan, saat jamuan makan malam di Rumah Anno 1925, Siring Kapten Pierre Tendean, Selasa (06/12/2022).
Pakar hukum ini pun mengaku bersyukur bisa berhadir di pertemuan ini, menyambut para tamu penting se-Indonesia, termasuk dari luar negeri, di antaranya Malaysia dan Thailand.
Bahkan ada dari Brunei Darussalam, yang harus menempuh perjalanan 12 jam, layaknya ke Amerika Serikat, karena harus transit ke Semenanjung Malaysia, ke Jakarta, lalu bisa ke Banjarbaru, padahal satu daratan di Pulau Kalimantan.
“Saya lihat, AIUA ini merupakan platform yang paling tepat bagi universiti-universiti Islam, dan kita di rantauan ini bersama-sama membangun dan membina universiti Islam,” ucap Rector Universiti Islam Sultan Sharif Ali Brunei Darussalam Dr. Haji Norarfan bin Haji Zainal, saat menyampaikan kesan pesannya di hadapan para tamu undangan lainnya.
Berhubung banyak warga luar negeri berdatangan, Rektor UIN Antasari Prof. Dr. H. Mujiburrahman, M.A., yang juga Presiden AIUA, turut mengenalkan Budaya Banjar.
Mulai dari megahnya istana kesultanan di masa silam, ramainya perdagangan orang-orang Eropa di Sungai Martapura, dan masih terus terpeliharanya keragamaan hingga sekarang.
“Dahulu, pada abad ke-18 itu, di sini banyak sekali kapal-kapal pedagang dari Eropa, Portugis, Inggris, tentu saja Belanda di sepanjang sungai ini sampai ke sana, dan ada kantor pabean yang dijaga oleh meriam,” cerita Rektor saat mengutip artikel yang ditulis Nomura Toru, hasil analisis kisah Magotaro (orang Jepang yang sempat menjadi buruh di Banjarmasin) berdasarkan wawancara yang dicatat Aoki Okikatsu.
Rektor berharap, pertemuan di Kalimantan ini bisa menjadi kesan mendalam bagi para tamu AIUA, untuk kemudian makin semangat mengembangkan pendidikan tinggi, guna melahirkan generasi-generasi “Unggul dan Berakhlak”.
“Alhamdulillah saya sangat terharu dan bahagia, bahwa kegiatan kita berjalan lancar dan sangat produktif, padahal yang datang ini orang-orang sibuk,” ucap Rektor bersyukur.
Keesokan harinya, para tamu ini menikmati suasana alam, dengan menyusuri sungai menuju Pasar Terapung, untuk kemudian balik lagi ke daerah dan negara masing-masing, yang rencana pertemuan berikutnya akan dilangsungkan di Brunei Darussalam pada tahun depan.
Sebelumnya, UIN Antasari menjadi tuan rumah Pertemuan Tahunan ke-12 AIUA, yang sekaligus melaksanakan konferensi internasional terkait Mazhab Syafi’i.
(Fur/Ali)
