Sirozi: “Kemajuan Suatu Perguruan Tinggi Ditentukan oleh Budaya Akademiknya”
Rabu (05/09/2018) UIN Antasari Banjarmasin melaksanakan stadium general dalam rangka pembukaan perkuliahan Pascasarjana UIN Antasari Banjarmasin tahun akademik 2018/2019 sekaligus penandatanganan Nota Kesepahaman Bersama (Memorandum of Understanding) dengan UIN Raden Fatah Palembang bertempat di Aula Pertemuan Zafri Zamzam Rektorat UIN Antasari Banjarmasin.
Kerjasama tersebut bertujuan untuk saling memanfaatkan dan mengoptimalkan kemampuan masing-masing lembaga untuk melaksanakan, mengemban, dan meningkatkan kualitas pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi pertukaran dosen, narasumber dan mahasiswa; penerimaan mahasiswa Pascasarjana; kolaborasi riset dan kegiatan-kegiatan akademik, seperti seminar, workshop dan publikasi; dan kolaborasi pengabdian kepada masyarakat, dan lain-lain
Turut berhadir dalam kesempatan tersebut, Rektor UIN Antasari Banjarmasin Prof. Dr. H. Maujiburrahman, MA, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama UIN Antasari Banjarmasin Dr. Hj. Nida Mufidah, MA, Direktur Pascasarjana UIN Antasari Banjarmasin Prof. Dr. H. Syaifuddin Sabda, M. Ag., Wakil Direktur Dr. Saifuddin Ahmad Husin, MA., Karo AAKK UIN Antasari Banjarmasin Drs. Mukhlis, M.Pd., Kabag Kerja Sama, Kelembagaan dan Informasi Hj. Fauziah Hayati, MHI., Rektor UIN Raden Fatah Palembang Prof. Drs. H.M Sirozi, Ph.D., Wakil Rektor III UIN Raden Fatah Dr. Rr. Rina Antasari, M.Hum dan Karo AAKK dan AUPKK UIN Raden Fatah Palembang.
Mujiburrahman dalam sambutannya sangat mengapresiasi tema yang diangkat dalam studium general tersebut. Menurutnya tema yang diangkat sangat sesuai dengan kondisi kekinian, dimana revolusi industri 4.0 hari ini memberikan tantangan yang sangat berat sekaligus juga membuka peluang yang sangat luas bagi pendidikan tinggi Islam untuk berinovasi dan mengembangkan kreativitas.
Guru besar sosiologi agama tersebut juga menyampaikan bahwa UIN Antasari Banjarmasin dan UIN Raden Fatah Palembang mungkin juga bisa berjalan beriringan untuk meningkatkan akreditasi dalam hal kerja sama luar negeri, misalnya pertukaran dosen dengan perguruan tinggi di luar negeri dan kolaborasi penelitian internasional.
Selanjutnya Direktur Pascasarjana UIN Antasari Banjarmasin Prof. Dr. H. Syaifuddin Sabda, M. Ag dalam sambutannya juga menyampaikan bahwa Pascasarjana UIN Antasari Banjarmasin juga sudah bertekad untuk meningkatkan kualitas yang berorientasi pada peningkatan akreditasi.
“Kalau ingin meningkatkan kualitas perguruan tinggi kita hari ini tentu tidak bisa melepaskan diri dari hal-hal yang terkait dengan dunia digital dan Prof. Sirozi memiliki pengalaman-pengalaman yang cukup tentang itu untuk dibagikan tentang bagaimana membangun suatu perguruan tinggi yang unggul di era digital berikut tantangan dan peluangnya”,ungkap guru besar kurikulum tersebut.
Dalam kesempatan tersebut, Rektor UIN Palembang Prof. Drs. H.M Sirozi, Ph.D. didaulat untuk menyampaikan stadium general tentang “Perguruan Tinggi di Era Digital; Peluang dan Tantangan” pada pembukaan perkuliahan pascasarjana UIN Antasari Banjarmasin.
Dalam paparannya M. Sirozi menyampaikan bahwa usaha peningkatan kualitas suatu perguruan tinggi sangat tergantung pada beberapa hal, pertama, yaitu jalinan kerja sama.
“Tanpa adanya jaringan dan bangunan kerja sama maka sebuah perguruan tinggi akan susah untuk berkembang lebih maju, misalnya saja dalam pengelolaan jurnal, sebagus apapun penelitian dan artikel yang dihasilkan di UIN Antasari tetap saja jurnal yang dimiliki tidak diakui sebagai jurnal yang bagus jika komposisi penulis dalam setiap terbitannya lebih banyak penulis dari internal”,jelasnya.
Lebih lanjut Sirozi menambahkan bahwa kerja sama antar perguruan tinggi tidak hanya untuk memperluas jaringan dalam dunia akademik, namun juga untuk saling berbagi pengetahuan dan pembangunan budaya akademik. Menurutnya, tantangan terbesar untuk kemajuan suatu perguruan tinggi bukan ditentukan pada kualitas bangunan-bangunan yang megah, tapi pada budaya akademiknya.
“Membangun budaya akademik tidak bisa hanya melalui kuliah/ceramah atau regulasi,tapi harus melalui sistem terstandar. Kampus-kampus terbaik dunia seperti Harvard University, Boston University dan Washington University tidak dilihat dari besar dan megahnya bangunan-bangunan kampus, tapi pada budaya akademiknya”,tegasnya.
“Tidak ada mahasiswa datang ke kampus hanya untuk ngobrol-ngobrol, mereka kalau ke kampus untuk kuliah atau ke perpustakaan. Begitu juga dengan dosen-dosennya”
Menurut M. Sirozi yang juga Rektor UIN Raden Fatah Palembang tersebut bahwa Pekerjaan Rumah (PR) bagi perguruan tinggi ke depan, terutama UIN adalah tentang bagaimana agar dosen-dosen kita lebih banyak yang menjadi pembicara seminar nasional/internasional, lebih banyak menulis artikel/buku yang berkualitas.
Selanjutnya, tantangan sangat serius berikutnya bagi dunia pendidikan di era digital hari ini, yaitu sebuah paradoks keilmuan. Menurut M. Sirozi, ketersediaan sumber belajar di era digital hari ini sangat luar biasa. Ribuan buku dan artikel diupload setiap hari ke internet, tapi hal tersebut ternyata paradoks dengan kemampuan masyarakat untuk mengakses – banyak buku, artikel yang tersedia di internet tersebut tidak dibaca. Kendala utamanya kita adalah Bahasa.
“Menurut Survey Bahasa untuk artikel dan buku-buku terbaru, ternyata sebanyak 84% publikasi terbaru di internet ditulis dalam Bahasa Inggris, 4% dalam Bahasa Arab dan sisanya Bahasa-bahasa lain, termasuk Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, tantangan kita berikutnya adalah bagaimana membenahi kemapuan Bahasa asing kita, baik dosen maupun mahasiswa. Karena referensi-referensi ilmiah hari ini ditulis dengan Bahasa Inggris”, tegasnya.
Tantangan berikutnya adalah berkaitan dengan Information Technology (IT). Banyak yang masih gagap teknologi dan gagal untuk memanfaatkan IT untuk mendukung proses pembelajaran. Padahal, di era digital hari ini informasi melimpah ruah namun tetap saja kemampuan literasi masih banyak yang rendah.
Tantangan yang terakhir menurutnya adalah membangun culture of excellence.
“Program-program yang direncanakan dan dilaksanakan jangan apa adanya atau yang penting terlaksana. Namun harus berorientasi pada kemajuan. Apa yang bisa kita perbaiki kita perbaiki, apa yang bisa kita tingkatkan harus ditingkatkan”, tegas Sirozi.
(rdh-humas).
