Menjadi Narasumber Studium Generale FTK UIN Antasari, Prof. Wisnu Ceritakan Perjuangan Jalan Takwa saat Kuliah di Jepang
BANJARMASIN – Jepang dikenal menjunjung tinggi kebudayaannya, termasuk sake yang dianggap sebagai salah satu simbol persatuan. Prof. Dr. Eng. Wisnu Jatmiko, S.T., M.Kom., SMIEEE, CIQaR, CIQnR, CMMX menceritakan keteguhannya menolak meminum arak lokal tersebut dari dosennya saat berkuliah di Negeri Sakura, hingga sempat membuat kesal sang dosen. Kekisruhan itu mengundang kesulitan baginya saat menjalani perkuliahan.
Namun tantangan itu tak membuatnya gentar, usai mendapat motivasi dari orang tua, dan berusaha memahami kebudayaan Jepang lainnya yang menjunjung semangat kerja keras dan berorientasi hasil, Prof. Wisnu pun sukses membuat dosennya segan, lewat prestasi yang diraih.
“Waktu itu saya menelepon ibu saya dan menceritakan, bahwa kadang-kadang orang Jepang itu kalau kita enggak punya hasil, sering omongannya itu enggak enak. Merendahkan lah gitu. Apa jawaban ibu saya? Gampang, bismillah, lawan saja, kata ibu saya,” ungkap Guru Besar Bidang Kecerdasan Buatan Universitas Indonesia tersebut.
Ia datang di Auditorium Mastur Jahri Kampus 1, Senin (9/9), dalam rangka mengisi studium generale Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK), gelaran Pusat Kajian dan Pengembangan Pendidikan Islam (Pusjibang PI), bertemakan “Etika Penggunaan Artificial Intelligence (AI) di Perguruan Tinggi”.
Prof. Wisnu pun memberikan tip suksesnya kepada para mahasiswa yang berhadir, agar bisa lancar menuntaskan perkuliahan. Di antara kiatnya, adalah tidur di awal waktu, agar terbangun di akhir malam.
“Nah jam 2 jam 3 itu The Golden Time untuk belajar. Jadi kalau menurunkan rumus, membaca yang susah-susah, saya belajarnya jam 2 jam 3. Baca 2 jam di waktu itu dibandingkan di waktu siang, seperti lima kali lipat. Dua jam seperti sepuluh jam, buktikan seperti itu. Maka doa saya waktu itu, ya Allah, jangan permalukan saya di depan orang-orang kafir,” ceritanya.
Lewat konsistensinya ini, ia hanya cukup 2 tahun berkuliah sudah bisa lulus di program doktor Micro-Nano System Engineering, Nagoya University, dibandingkan rekannya yang lain, hingga ada yang sampai 7 tahun.
“Kita membuktikan bahwa bushido, jalan samurai itu bisa dipatahkan dengan jalan takwa, karena ruhaniah itu penting,” tegas Prof. Wisnu.
Selanjutnya ia pun mendorong para mahasiswa untuk serius belajar, termasuk menjaga etika selama menggunakan AI dalam perkuliahan, karena akan bisa menghancurkan karier di masa depan.
“Tunjukkan kejujuran akademik dan value yang kita bawa,” pesan Prof. Wisnu
Di antara value yang mesti dibawa para mahasiswa, tegas Dekan FTK Dr. H. Hamdan, M.Pd., adalah sesuai dengan visi UIN Antasari.
“Kampus kita mempunyai visi ‘Unggul dalam Keilmuan, Berakhlak dalam Kepribadian’, sehingga ini mesti menjadi pedoman kita dalam bertindak, berkata, berperilaku, termasuk dalam menggunakan AI,” jelasnya saat memberikan sambutan.
Sementara itu, Ketua Pusjibang PI Fathullah Munadi, S.Ag., M.A. mengungkapkan, ada 600 mahasiswa dan 100 dosen yang diundang berhadir di sini, dengan sisanya dari sekitar 4 ribu mahasiswa FTK, bisa mengikuti siaran langsung via YouTube.
“Di kampus dua juga nanti akan diadakan studium generale dengan narasumber dan tema yang berbeda, namun tetap inti permasalahan yang sama, yakni tentang AI,” pungkasnya saat memberikan laporan.
(Fur/Ana)
