Di Balik Kata “Selamat”

Oleh: Jamal Syarif*

Hampir dapat dipastikan ketika seseorang berhasil mendapatkan sebuah jabatan atau kedudukan, masyarakat atau orang-orang di sekitarnya memberikan ucapan selamat kepada yang bersangkutan. Adalah wajar jika seseorang memberikan ucapan selamat itu kepada rekan atau koleganya yang baru saja memperoleh sebuah jabatan. Namun demikian, ucapan selamat akan memberi makna atau mengantarkan makna baik kepada yang diberi ucapan atau kepada yang memberi ucapan.

Paling tidak ada beberapa bentuk ucapan yang lazim diberikan orang lain kepada koleganya, misalnya:  selamat ya!, atau selamat ya, wah sepertinya semua orang memilih anda!, atau selamat ya, maaf baru sekarang mengucapkannya!. Bagaimanapun bentuk ucapan atau pemberian selamat seseorang kepada orang lain mengandung sesuatu yang mungkin saja secara eksplisit terungkap maupun tersamar oleh senyuman dan manisnya rangkaian kata yang menyertainya.

Perlu digarisbawahi bahwa setiap tindakan seseorang dilandasi oleh sebuah motif yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan tertentu. Begitulah kira-kira asumsi mendasar dari sebuah teori motivasi Abraham Maslow.  Dengan demikian, Abraham Maslow seolah mengatakan bahwa tindakan seseorang yang memberi ucapan selamat kepada orang lain tersebut memiliki motif-motif tertentu. Tentu saja untuk mendiagnosa motif-motif tersebut perlu dilakukan penelusuran lebih lanjut secara detail.

Secara garis besar motif tersebut dapat diketahui melalui tingkah laku maupun rangkaian kata yang menyertai tindakan seseorang. Memperoleh suatu keuntungan dari tindakan itu merupakan salah satu motif yang mendasari tingkah laku seseorang. Terlepas keuntungan apa yang mereka inginkan, mungkin saja keuntungan yang bersifat fisik maupun yang bersifat psikis, material atau immaterial.

Keuntungan fisik atau material yang mereka harapkan dapat terwujud dalam berbagai bentuk. Imbalan jabatan atau kesempatan menduduki posisi tertentu menjadi salah satu bentuk imbalan yang diharapkan. Memang tidak dapat dikatakan bahwa semua orang menginginkan jabatan tertentu. Karena bisa jadi ada juga sebagian orang yang memang tidak menghendaki jabatan tertentu. Oleh sebagian orang, sebuah jabatan merupakan sebuah prestasi dan prestise. Namun bagi sebagian lain, bisa jadi sebuah jabatan dianggap sebuah tanggung jawab dan beban.    Orang yang menganggap sebuah jabatan itu adalah prestasi dan prestise, tentu saja memiliki sikap yang berbeda dengan seseorang yang menganggapnya sebuah tanggung jawab dan beban.

Di samping keuntungan material atau fisik yang diharapkan, sebagian orang tentu juga akan mengharapkan keuntungan immateri atau psikis. Keuntungan immateri atau psikis pun juga menjadi salah satu alasan atau motif seseorang berperilaku tertentu. Memberi ucapan selamat kepada orang lain atau kolega yang telah mendapatkan jabatan tertentu pun tidak lepas dari motif psikis ini.

Tentu saja seseorang akan turut bangga jika teman dekatnya atau koleganya atau keluarganya mendapatkan sebuah jabatan yang diinginkan banyak orang. Memberi ucapan “selamat” kepada orang terdekat tersebut menjadi salah satu simbol turut merasakan kebahagiaan dan keselamatan atas tercapainya sebuah harapan. Bagi sang pemberi ucapan, tindakan ini pada dasarnya bukan tindakan atau perilaku yang hampa tanpa alasan. Pada dasarnya dia bangga bahwa koleganya mendapatkan sebuah jabatan tertentu. Di sisi lain dia juga mendapatkan keuntungan immateri dari perilaku tersebut. Dia berharap orang lain akan mengenalnya sebagai orang yang dekat dengan seorang yang berhasil menduduki jabatan tertentu. Kepuasan batin inilah yang menjadi salah satu motif immateri dimaksud. Bahkan tidak jarang dia memperkenalkan kepada khalayak ramai bahwa dia menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari seorang yang mendapatkan jabatan tersebut. Dia berharap masyarakat umum mengetahui bahwa dirinya adalah orang yang juga patut dekat dengan sang terpilih.

Terlepas apapun motif seseorang memberi ucapan “selamat” kepada orang yang berhasil mendapatkan jabatan tertentu, tentu saja pemberian ucapan ini merupakan etika sosial yang dapat dilakukan siapapun, kapanpun dan dimanapun.  Memberi ucapan “selamat” adalah tindakan normal dan lazim dilakukan dalam masayarakat. Namun pemberian ucapan tersebut tentu saja juga tidak terlepas dari sesuatu yang hampa tanpa arti. Sesuatu yang hampa tanpa arti itulah yang dapat menentukan keadaan sesudah ucapan “selamat” itu terucap. Dalam bahasa agama, niat seseorang akan menjadi tenaga pendorong untuk melakukan apapun yang dia inginkan. Niat itu pula lah yang menjadi salah satu penentu sebuah hasil dari proses sebuah tindakan.

*Profil Penulis

Jamal Syarif, lahir di Barabai, 24-07-1976. Anak ketujuh dari pasangan H. Iberani dan Hj. Lamsinah, sudah berkeluarga dengan memiliki dua orang putra. Di kota kelahiran, menempuh pendidikan di SDN Barabai Timur I, MTsN Pantai Hambawang, dan MAN 2 Barabai. Melanjutkan pendidikan S1 di jurusan PAI, IAIN Antasari Banjarmasin lulus tahun 1999. Di tahun itu pula melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 bidang Pendidikan Islam di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan lulus tahun 2001. Pernah menjadi ketua OSIS saat pendidikan di MAN, serta pernah menjabat sebagai ketua Gugus Penjamin Mutu Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan 2015-1016; Ketua Pusat Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan Islam (Pusjibang-PI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Antasari 2017-2018; menjadi salah seorang tutor di PLPG LPTK IAIN Antasari Fakultas Tarbiyah mulai Tahun 2012; salah seorang instruktor pembelajaran berbasis e-learning di UIN Antasari, serta sebagai Asesor BAN S/M Prov. Kalimantan Selatan  mulai 2019. Sejak 2001 menjadi dosen tetap di Jurusan PAI UIN Antasari Banjarmasin dan membantu mengajar di IAI Darussalam Martapura. Mata kuliah yang diampu diantaranya: Ilmu Pendidikan Islam, Metode Pembelajaran PAI, dan Filsafat Pendidikan Islam. Telah menulis dibeberapa jurnal dan koran, di antaranya:    Penentu Kualitas Pemilu (Radar Banjarmasin, 2 Maret 2013); Sosialisasi Nilai-Nilai Kultural dalam Keluarga (Sabda, 2012); Perspektif Adil Gender dalam Aturan Tata Tertib Mahasiswa IAIN Antasari Banjarmasin di http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/annisa/article/view/1783 (2017). Sementara buku yang sudah terbit adalah Mengenal Islam (El-Kahfi, 2003) dan Dinamika Lembaga Pendidikan Ma’arif NU dalam Sistem Pendidikan Nasional (IAIN Antasari Press, 2015).  Pernah mengikuti Progress to Proficiency in English Course, International Training Programme, di The English and Foreign Language University (EFL-U) Hyderabad, Januari-Maret 2018; serta ANU Indonesia Institute Postgraduate Workshop, Canberra Australia, 12-13 September 2018. Alamat email: syarifjamal@yahoo.co.id