Dirjen Pendis Sampaikan Isu Strategis Terkait Peningkatan Tata Kelola dan Mutu PTKI
Banjarbaru – Hari terakhir (14/02/2019) Rapat Kerja Penyusunan Anggaran UIN Antasari tahun 2019 bertempat di Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin menghadirkan Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Prof. Dr. Phill. H. Kamaruddin Amin, MA. Didampingi Rektor UIN Antasari, Prof. Dr. H. Mujiburrahman, MA, Dirjen Pendis menyampaikan isu-isu strategis kedepan mengenai bagaimana meningkatkan tata kelola dan mutu pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI).
Sesuai dengan tema yang diangkat pada Raker kali ini “Meningkatkan akreditasi, pelayanan dan inovasi”, isu-isu strategis yang disampaikan Dirjen diantaranya : Pertama, mahasiswa asing, Kementerian Agama melalui Dirjen Pendis akan mengupayakan Indonesia menjadi destinasi pendidikan islam dunia. “Bebeberapa tahun kedepan kita targetkan PTKI menjadi tempat belajarnya orang-orang islam dan non-mulim dari berbagai negara, langkah yang diambil tentunya menerima mahasiswa asing untuk belajar di perguruan tinggi kita sebanyak-banyaknya” ujarnya.
“3 (tiga) perguruan tinggi yang berpengaruh didunia Islam, Universitas Al-Azhar di Kairo, Universitas Madinah dan Univeritas Al-Mutafa di Iran, mempunyai jumlah mahasiswa asing paling banyak. Kita ingin Indonesia mencontoh, menjadi destinasi, sehingga pendidikan islam menjadi instrumen untuk menyebarkan artikulasi umat islam Indonesia yang Washatiyah” lanjutnya.
Kedua, internasionalisasi dan akreditasi, internasionalisasi yang dimaksud wujudnya banyak, selain mahasiswa asing diatas, dosen dan lembaga juga harus didorong untuk itu. “Selain mendatangkan dosen asing, dosen kita diarahkan untuk mampu berkolaborasi dalam bentuk research dan publikasi internasional, lembaga kita juga dapat bekerjasama dengan lembaga internasional” ujar Guru Besar Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar ini.
Perihal akreditasi, PTKI kedepan tidak hanya mendapatkannya dari BAN-PT, diharapkan juga mendapatkan akreditasi internasional, hal ini harus menjadi fokus baik Akreditsi Program Studi maupun Akreditasi Perguruan Tinggi. “Untuk mewujudkan itu, kita harus merefleksikan dalam segala aktifitas, termasuk orientasi penganggaran, harus berorientasi pada akreditasi dan mutu. Kegiatan begitu juga, termasuk penerimaan mahasiswa baru, saatnya kita tidak lagi mencari kuantitas, sekarang berorientai pada kualitas” sambungnya.
Ketiga, relevansi perguruan tinggi dan tantangan globalisasi diera revolusi industri generasi ke-4. PTKI dalam hal ini harus mampu menyiapkan mahasiswa bersaing dan berkompetisi diera kompetitif. “Mahasiswa harus dibekali keterampilan yang mumpuni ketika siap menjadi alumni, terutama pengunaan teknologi informasi, digital, bahasa asing sebagai soft skill mereka selain hard skill yang dipelajari pada program studi masing-masing” tegasnya.
Keempat, implementasi ilmu Islam dan sains. UIN pada pembentukannya dimanahi untuk dapat mengintegrasikan antara keilmuan islam dan sins moderen. Kemenag tengah menyelesaikan pedoman implementai integrasi keilmuan.
Kelima, peningkatan kualitas tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.Program 5000 doktor dan memperbanyak kapasitas sertifikasi dosen serta kesempatan untuk lanjut studi kejenjang lebih tinggi menjadi isu strategis beberapa tahun belakangan. “Kami harapkan semakin banyak dosen yang dapat melanjutkan studi keluar negeri, sehingga dapat meningkatkan kapasitas dan kapabilitas yang tentunya berujung pada peningkatan kualitas perguruan tinggi kita” pinta lulusan Rheinische Friedrich-Wilhelms-Universitat Bonn, Jerman tersebut.
Keenam, produktifitas dosen. Dosen dituntut untuk lebih produktif dalam menghasilkan karya ilmiah. PTKI akan diminta untuk memiliki minimal 1 (satu) jurnal international untuk mendorong itu.
Mengakhiri, UIN Antasari dan 16 UIN lainnya diharapkan dan ditargetkan dapat meraih akreditasi A untuk 4 tahun kedepan. Meningktkan tata kelola di semua lini agar lembaga berakreditasi bagus dan tentunya peningkatan mutu pelayanan dan output. (rfn/humas)
