Behind The Scene Akreditasi

Syaugi Mubarak Seff[1]

“BERAPA sih jumlah prodi yang unggul?” tanya kolega saya sesama asesor Badan Akreditasi Nasional (BAN) Perguruan Tinggi (PT), saat secara bersama-sama dalam perjalanan melaksanakan tugas asesmen lapangan akreditasi di salah satu PT di Pulau Jawa? Pertanyaan singkat, tapi sarat makna. Setidaknya ada 2 (dua) hal berkecamuk di benak saya. Pertama: apakah memang si penanya belum tahu informasi terkait kondisi akreditasi prodi, kedua: ataukah mungkin si penanya sudah mengetahui informasi kondisi akreditasi prodi, namun “sanksi” apakah dengan jumlah akreditasi unggul yang sudah dicapai bisa meraih akreditasi unggul. Dengan santai tapi serius sambil berusaha meyakinkan si penanya, “InsyaAllah”, jawab saya, “dan LPM sudah melakukan pemetaan”.

Demikian sekelumit dialog singkat mengawali catatan kecil ini. Pertanyaan sejenis di atas, tidak satu atau dua orang yang juga bertanya kepada saya. Kenapa orang (atau setidaknya yang bertanya ke saya) selalu menanyakan capaian akreditasi unggul prodi. Kenapa tidak bertanya yang lain, seperti tentang tata kelola perguruan tinggi yang bagi saya sudah bagus, apalagi sejak 2017 berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan diproyeksikan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM). Menurut saya, itu jauh lebih keren ditanyakan, karena tidak semua PT bisa mencapainya, atau tentang sarana prasarana yang lengkap modern khususnya yang ada di kampus 2 (dua). Dugaan saya dan tidak mesti benar, mungkin mereka masih berpatokan pada mindset bahwa capaian peringkat akreditasi unggul bagi PT tercermin dalam dominasi capaian peringkat akreditasi unggul di sejumlah prodi, bahkan judgement yang muncul paling tidak 50%.

Secara pelan dan pasti di bawah kepemimpinan Rektor Prof. Dr. H. Mujiburrahman, M.A., dan Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) sebagai leading sector dengan dukungan semua civitas academica, bahu membahu untuk mencapai target akreditasi Unggul. Sejumlah tahapan-tahapan dilewati dengan segala tantangannya. Dimulai dengan penandatanganan komitmen antara Dekan/Direktur dan kaprodi dengan Rektor pada Februari 2024, penandatanganan komitmen antara Rektor dengan Kementerian Agama pada tanggal 20 Februari 2024, pemetaan sebaran akreditasi di semua prodi dengan tujuan untuk mencapai skor syarat peringkat akreditasi, pendampingan akreditasi puuhan prodi, pembentukan tim akreditasi di bulan Mei dengan target 29 Juli sudah harus submit ke BAN PT, sampai dengan mobilisasi SDM lintas unit kerja sebagai tim akreditasi agar bisa selangkah dan seirama dalam mengejar target. Selama 3 bulan tim bekerja all out baik saat jam kerja maupun di luar jam kerja. Akhirnya tepat di tanggal 29 Juli 2024, sekitar pukul 3 (tiga) dini hari saat sebagian insan UIN ada yang bangun malam untuk salat malam, dokumen akreditasi dapat disubmit. Ada yang menanyakan kenapa harus tengah malam, apakah tidak ada waktu besoknya. Setidaknya ada 2 (dua) perspektif dalam menjawabnya. Pertama dalam perspektif layanan, lebih cepat lebih baik, kedua dalam perspektif teologis, waktu tengah malam adalah waktu yang paling utama seorang hamba dalam salat malam dan doa akan diijabah. Tentu pengiriman dokumen akreditasi di waktu tengah malam disertai dengan doa semoga mendapatkan hasil yang terbaik.

Tahap selanjutnya adalah mempersiapkan segala dokumen sambil menanti kabar kedatangan asesor. Di sela-sela persiapan asesmen lapangan ada kabar salah satu tim APT ada yang operasi (ybs. di sela-sela persiapan operasi dan pascaoperasi masih menyempatkan untuk terlibat aktif). Bahkan menjelang 2 (dua) hari sebelum asesmen lapangan, Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti) UIN Antasari mendapat warna merah pada 2 (dua) program studi, yang tentu ini akan mengganggu kelancaran capaian areditasi unggul. Namun semua dapat diatasi dan akhirnya kado indah UIN Antasari diperoleh di saat Pergururuan Tinggi Negeri Islam ini merayakan Dies Natalis-nya yang ke-60. Apa yang didapatkan UIN Antasari dengan capaian akreditasi unggul sudah sepatutnya dan sewajarnya. “UIN Antasari memang tidak sempurna, namun sangat layak untuk diapresiasi oleh para asesor yang baik hati”, kata Rektor dalam sambutannya saat acara pembukaan Asesmen Lapangan Akreditasi Perguruan Tinggi.

Capaian ini adalah hasil kerja keras bersama dan diperoleh saat memang benar-benar layak untuk memilikinya. “Allah akan memberikannya di saat kita sudah benar-benar layak untuk memilikinya, sabar, semua hanya tentang waktu”, sebuah pesan yang pernah saya lihat di postingan Instagram. Demikian sekelumit tulisan saya buat untuk menyambut Rapat Tinjauan Manajemen yang merupakan agenda tahunan, dan dituangkan dengan judul Behind The Scene Akreditasi. Tulisan ini memuat sekelumit proses akreditasi. Semuanya direncanakan, terukur, dan sistematis, dan dalam satu komando, sebagaimana juga dalam pembuatan sebuah film, pasti selalu ada behind the scene di bawah komando sutradara.

---

[1]Ketua LPM UIN Antasari Banjarmasin

Baca Juga: UIN Antasari Laksanakan Rapat Tinjauan Manajemen sebagai Evaluasi Kinerja Tahun 2024