Waspada Kemajuan Kecerdasan Buatan, Rektor Ingatkan Cerita Imam Al-Gazali
BANJARBARU – Sepulang dari berbulan-bulan menempuh ilmu di Gorgan (Jurjan), Iran, Imam Al-Gazali sempat dirampok saat mau pulang. Seketika itu ia mengiba, memohon agar buku catatannya saat berguru tidak disita. Ia takut perjalanannya menuntut ilmu selama ini menjadi sia-sia. Saat itulah sang perampok tertawa, memberikan nasihat bersejarah, bahwa sudah selayaknya ilmu itu ditempatkan di dada, bukan hanya di buku catatan semata.
Cerita tersebut diulas Rektor Prof. Dr. H. Mujiburrahman, M.A., saat memberikan sambutan di Wisuda Sarjana ke-82, Magister dan Doktor ke-52, di Gedung Serbaguna Kampus 2, Sabtu (21/9/2024).
Lewat pengalaman ulama panutan dunia tersebut, Rektor mengingatkan dengan perkembangan kecerdasan buatan (AI) saat ini, agar umat manusia jangan terpaku dengan teknologi, karena ketika semua itu hilang, hilang pulang ilmu yang dimiliki.
“Yang ingin saya katakan, kita hidup pada era digital, era big data. Anda bisa bertanya kepada Google, atau Chatgpt, atau AI lainnya. Tapi semua itu hanyalah catatan belaka, mirip seperti sejarah Imam Al-Gazali tadi. Kalau saudara tidak memahaminya dengan baik, tidak menguasainya, maka tidak ada artinya ketika ponsel tidak ada, internet tidak ada, ketika itu pula kita bisa menjadi orang yang bodoh,” tegas Prof. Mujiburrahman.
Oleh karena itu, Rektor mendorong agar para wisudawan/wati tidak berhenti belajar usai tuntas berkuliah, dengan tetap menuntut ilmu hingga ke liang lahat.
Apalagi tegas Prof. Mujiburrahman, kaum sarjana di Kalimantan Selatan masih sangat rendah, hanya berjumlah 25.475 orang dari 4.182.080 jumlah penduduk Banua di data statistik tahun 2022.
“Maka sebagai orang terdidik, terpelajar, kita harapkan saudara-saudara sekalian bisa menyumbangkan ilmu pengetahuan dan keterampilannya untuk masyarakat. Jadilah orang yang bermanfaat,” pesan lulusan S-3 Universitas Utrecht, Belanda tersebut.
Rektor pun mengharapkan dukungan dari para wisudawan/wati, agar UIN Antasari bisa terus maju berkembang, meraih akreditasi Unggul dan berstatus Wilayah Birokrasi Bersih serta Melayani.
“Kemarin sudah ada pendampingan dari Kementerian Agama Pusat. Setelah dilakukan pemeriksaan pelayanan UIN Antasari via Google Form, Alhamdulillah kita mendapat 4,5 dari 5 bintang,” pungkas Prof. Mujiburrahman.
(Fur/Ana)
