Staff Khusus Menteri Agama RI, Wibowo Prasetyo Gali Potensi Strategis Humas UIN Antasari
Banjarmasin – Humas UIN Antasari mendapatkan informasi dan wejangan berharga dengan kehadiran Staf Khusus Menteri Agama RI Bidang Media dan Komunikasi Publik, Wibowo Prasetyo dan Sekretaris Menteri Agama RI, Muchamad Sidik Sisdiyanto saat keduanya menjadi narasumber dalam kegiatan “Jejaring dan Diseminasi Kehumasan” yang mengangkat tema Akselerasi Pemanfaatan Media: Layanan, Informasi dan Branding Kampus, bertempat di Aula Zafri Zamzam, Kamis ( 31/03/2022).
Dimoderatori Wakil Rektor Bidang Kemahasiswa dan Kerjasama, Dr. Irfan Noor, Wibowo membuka pemaparan dengan menyampaikan beberapa poin penting terkait Posisi Strategis Humas PTKIN utamanya UIN Antasari. PTKIN tak terkecuali UIN Antasari mempunyai posisi strategis dalam memproduksi informasi, penjernih informasi atas sebuah isu atau kebijakan pendidikan, berjejaring luas baik level lokal hingga nasional dan menjadi media speak up yang potensial bagi Kemeterian Agama.
“Humas, dalam memproduksi informasi untuk membangung branding kampus tidak cukup hanya membuat rilis kemudian dimuat diwebsite sendiri untuk sekedar menggugurkan kewajiban, bekerjasama dengan media-media mainstream sangat diperlukan untuk brending kampus” ujarnya.
Pasar PTKIN saat ini tidak lagi generasi millenial tapi sudah generasi z, generasi yang sebagain hidupnya dihabiskan dengan gadget yang salah satu karekteristiknya mencari informasi-informasi terkini (up to date) dengan selera mereka sendiri.
“Mereka ini generasi-generasi instan, tapi juga generasi-generasi yang cepat mengambil keputusan, ketika dianggap ini tidak baik mereka akan tinggalkan, misalnya dia mencari informasi kampus, mereka akan cari, ketemulah misalnya UIN Antasari, begitu tampilan publikasi UIN Antasari tidak menarik buat dia, dia akan tinggal” ucapnya.
Ia mengatakan bahwa generasi ini harus menjadi perhatian bersama, karena generasi ini akan memenuhi posisi-posisi strategis dimasa yang akan datang. “Generasi ini perlu berikan edukasi, leterasi yang tidak hanya berkutat pada dunia akademik tapi juga memberikan asupan-asupan spiritual” imbuhnya.
Peran strategis dari UIN Antasari dalam hal ini menurutnya ialah memberikan atau membuat konten-konten/ narasi-narasi spiritual yang bisa dibungkus dengan menarik. Kebutuhan orang akan pengetahuan agama/ spiritual tinggi namun tidak diimbangi dengan leterasi yang pas terutama untuk generasi z ini.
Selain itu, Wibowo juga mengatakan bahwa perkembangan digitalisasi saat ini sangat massif, jika tidak direspon dengan cepat maka UIN Antasari akan tertatih-tatih untuk mengejar hal tesebut. Saat ini, menurutnya prestasi UIN Antasari dengan memiliki apkasi seperti ADAB dan SALAM merupakan hal yang baik dalam merespon kemajuan digitalisasi tersebut.
Kemudian Wibowo juga menjelaskan pentingny aspek digital bagi kehumasan di era saat ini, yang terpenting menurutnya adalah bagaimana mengahadirkan informasi dengan mudah dan juga dimengerti oleh pencari informasi, kemudian memberikan informasi yang komprehensif yang tidak menyisakan ruang untuk dipertanyakan dan membuat informasi tersampaikan efektif, efisen, interkatif, dan tepat sasaran.
Terkait Indikator Konten Publikasi/Komunikasi yang menarik, Wibowo menjelaskan setidaknya memiliki 4 unsur; informatif, inspiratif, mitigatif dan komprehensif, jika keempat unsur ini dieksekusi dengan baik maka informasi yang disampaikan tidak akan menimbulakan pertanyaan lain seperti disebut diatas.
Dalam strategi pulikasi konten kehumasan, Wibowo mengatakan bahwa informasi cukup disampaikan dalam satu pintu dengan satu narasi, diversifikasi dengan menyiapkan konten untuk berbagai platform, memilih platform yang memiliki efek viralitas yang tingi baru kemudian perilisan/ distribui konten melalui semua saluran resmi PTKIN baik WA grup, instagram, youtube , tiktok, dsb.
Kemudian dalam pendistribusian/ perilisan konten tersebut sangat penting untuk memperhatikan ketepatan waktu, memastikaan konten secara cepat, kecermatan dalam memilih platfor media, membangun komunkasi efektif dengan pengelola/ pekerja media dan menentukan distribusi bermodel natural atau berbayar.
Terkakhir, Wibowo menyampaikan bahwa tolak ukur keberhasilan publikasi tersebut dapat dilihat dari informasi yang tersepaikan hingga masyarakat luas, publik mendapatkan informasi lebih komprhensif dan adanya efek/perubahan setelah informasi tersebut diterima seperti bertambahnya jumlah pendaftar PTKIN. (yad/rfn)
