Raih Akreditasi Unggul, Ini 3 Distingsi UIN Antasari
BANJARMASIN – Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin pada Selasa (19/11), berdasarkan SK Nomor 2103/SK/BAN-PT/Ak/PT/XI/2024, meraih akreditasi Unggul dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi, setelah Asesmen Lapangan oleh Tim Asesor.
Seperti diketahui, UIN Antasari Banjarmasin merupakan salah satu Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di Indonesia yang menyelenggarakan pendidikan akademik pada beberapa disiplin ilmu pengetahuan, termasuk di luar studi keislaman.
Dalam pengembangannya, UIN Antasari mencoba tampil lebih menarik, dengan melahirkan distingsi lewat 3 hal yang ditonjolkan.
Rektor Prof. Dr. H. Mujiburrahman, M.A. memaparkan, yang pertama adalah “Berbasis Lokal-Berwawasan Global”. Sebagai kampus yang berada di Kalimantan Selatan yang mayoritas muslim dan bersuku Banjar, membuat UIN Antasari berupaya berperan aktif dalam menjaga dan memelihara budaya daerah. Di antara buktinya adalah dengan membangun Banjar Corner dan Melayu Corner.
“Kemudian Islam dan Budaya Banjar kami jadikan mata kuliah wajib dalam kurikulum baru sejak 2022, dan penyempurnaannya pada 2024,” urai Rektor saat pidato pembukaan Asesmen Lapangan Akreditasi Perguruan Tinggi (AL APT), Selasa (12/11) lalu.
Prof. Mujiburrahman melanjutkan, UIN Antasari juga melakukan penerjemahan Al-Qur’an ke Bahasa Banjar, yang semula adalah proyek kerja sama dengan Litbang Kemenag RI pada 2016–2017. Namun, karena masih terdapat berbagai kekurangan, terjemahan itu direvisi dan diterbitkan ulang pada 2021 dengan sampul dan ornamen khas Banjar, yang diambil dari rumah adat Banjar dan kain sasirangan.
UIN Antasari juga menerbitkan riwayat singkat ulama-ulama Banjar, tidak hanya dalam Bahasa Indonesia, namun juga akan diterbitkan dalam versi Bahasa Arab dan Inggris.
“Ini adalah langkah kami agar kajian lokal dikenal di tingkat internasional. Banyak pula karya dosen kami tentang budaya Banjar yang diterbitkan di jurnal internasional bereputasi ataupun berupa buku,” urai Rektor.
Satu hal yang membanggakan tambah Prof. Mujiburrahman, Banjar dan Melayu Corner, yang mungkin satu-satunya di Kalimantan, seringkali dikunjungi tamu-tamu dari dalam dan luar negeri, yang kagum dengan koleksi-koleksi manuskrip ulama Banjar dan Melayu.
Perhatian yang besar pada kajian lokal, tegas Rektor, tentu tidak membuat UIN Antasari seperti katak dalam tempurung, atau jago kandang.
“Karena itu, kami membuka diri dan aktif membangun kerja sama internasional. Konferensi dan seminar internasional makin sering kami laksanakan, baik yang daring ataupun luring. Ada pula kuliah-kuliah tamu dengan pembicara dari luar negeri. Sebagian mereka juga diminta mengisi siniar kami. Selain itu, dibangun juga kerja sama dengan akademisi dan lembaga luar negeri pada bidang penelitian, publikasi, dan pengabdian kepada masyarakat,” papar Prof. Mujiburrahman.
Untuk meningkatkan kualitas dan pengalaman, para dosen UIN Antasari juga banyak dikirim berkuliah ke luar negeri, dengan harapan selain mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang bisa dikembangkan untuk kampus dan masyarakat, juga dalam rangka membangun jaringan internasional.
“Para dosen kami ada yang ke Amerika Serikat, Kanada, Australia, Belanda, Inggris dan Prancis. Ada pula yang alumni Timur Tengah seperti dari Al-Azhar Mesir, Universitas Islam Madinah, Libya, Al-Jazair, dan Yaman,” ujar lulusan S-3 Universitas Utrecht Belanda tersebut.
Selanjutnya poin kedua, UIN Antasari sebagai kampus Islam, juga terus menjaga tradisi keislaman agar tidak hilang seiring dengan beralihnya status dari IAIN menjadi UIN. Karena itu, salah satu program unggulan yang tetap dijaga adalah Program Pendidikan Kader Ulama.
“UIN tetap memproduksi ulama sebagai core business-nya. Program ini ada di Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta Fakultas Syariah. Mereka diberi beasiswa dan tinggal di asrama. Mereka dikader untuk menjadi ulama yang berwawasan luas dan terbuka,” terang santri alumnus Pondok Pesantren Al-Falah tersebut.
Selain itu, ada juga pembinaan melalui Ma’had Al-Jami’ah yang wajib diikuti seluruh mahasiswa, untuk membentuk karakter terbaik.
“Di asrama, mahasiswa juga dimotivasi untuk meraih sukses melalui dua program yang kami desain sendiri, yakni Setting Goal dan Success Story,” tambah Rektor.
Dalam inovasinya, UIN Antasari telah membuat aplikasi tes yang diberi nama ADAB (Aplikasi Deteksi Akhlak dan Bakat). Alat ini telah diujicobakan sampai memenuhi standar ilmiah. Alat psikotes ini diintegrasikan ke dalam aplikasi elektronik, sehingga bisa diakses langsung melalui ponsel, dan hasilnya juga secara otomatis bisa diketahui.
“ADAB diluncurkan pada 19 November 2021,” jelas Prof. Mujiburrahman.
Berikutnya untuk poin ketiga, sejak 2017 sampai sekarang secara berturut-turut, UIN Antasari mendapatkan predikat Zona Integritas Wilayah Bebas dari Korupsi, dan menjadi tujuan perguruan tinggi dan lembaga lain sebagai lokasi studi tiru.
“Kami adalah PTKIN pertama di Indonesia yang mendapatkannya,” ungkap Rektor.
Setiap tahun, status ini rutin dievaluasi Inspektorat Jenderal. Bahkan di tahun ini, UIN Antasari dinominasikan sebagai satu-satunya PTKIN untuk dinilai kelayakannya oleh Kemenpan-RB guna meraih status Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM)
“Akhirnya, akreditasi Unggul menjadi kado terindah di Dies Natalies ke-60 UIN Antasari Banjarmasin. Semoga UIN Antasari terus ‘Melayani Lebih Baik, Lebih Baik Melayani’,” pungkas Rektor
(Jam/Fur/Ana)
