Perdana, LP2M Goes to Pesantren, Darul Hijrah Putri Menjadi Pilihan
BANJAR – Pusat Kajian Banjar dan Melayu yang dinaungi Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M), melaksanakan program LP2M Goes to Pesantren. Kegiatan yang baru pertama kali diadakan ini, dijadwalkan menuju Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Hijrah Putri Cindai Alus Martapura Kabupaten Banjar, Kamis (12/9/2024).
Suasana khidmat sangat terasa saat rombongan memasuki gerbang pesantren. Rindangnya pepohonan semakin mengesankan teduh suasana. Satuan pengamanan pondok dengan sigap dan ramah menyambut dan mengantarkan sampai ke kantor pesantren. Ust. Yunizar Ramadhani, S.Fil.I., M.Pd. dan lainnya menerima di ruang tamu. Obrolan meluncur akrab ditemani teh manis dan kudapan yang telah disiapkan sambil menunggu acara dimulai.
Kegiatan ini kemudian diisi Seminar Pendidikan dan Budaya Banjar dengan tema “Berbagi Cerita tentang Biografi Ulama dan Qur’an Terjemah Bahasa Banjar”, di Aula Ahmad Gajali Mukhtar.
Dr. Muhammad Zainal Abidin, M.Ag. dalam sambutannya menyampaikan rasa senang dan bahagia, karena acara ini bisa terlaksana dengan baik dan disambut antusias pimpinan serta dewan pengajar Ponpes Darul Hijrah Putri.
“Acara ini sudah direncanakan sejak tahun lalu, namun baru saat ini bisa dilaksanakan,” sampai Ketua LP2M UIN Antasari itu.
Ia menjelaskan, kegiatan ini merupakan program LP2M yang turun langsung ke lapangan, agar manfaatnya bisa dirasakan masyarakat.
“Terima kasih kepada pimpinan dan para pengajar Ponpes Darul Hijrah Putri yang telah menerima kami untuk bisa saling berbagi,” pungkas Dr. Zainal menutup sambutan.
Berikutnya, K.H. Abdullah Husin, S.Ag., M.Pd.I. dalam sambutannya, merasa berbangga dan terhormat pondoknya bisa menjadi lokasi yang dipilih Pusat Kajian Banjar dan Melayu dalam melaksanakan kegiatan pengabdian.
“Suatu kehormatan bagi kita acara ini dilaksanakan di sini,” ujar Wakil Pimpinan Ponpes Darul Hijrah Putri itu.
Ia juga menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada LP2M, yang selalu melaksanakan program-program bermanfaat bagi masyarakat.
“Kami sangat mendukung kegiatan LP2M, dan untuk kegiatan selanjutnya kami siap bekerja sama,” tegas alumnus IAIN Antasari tersebut (sebelum menjadi UIN Antasari).
Seminar yang dipandu Ust. Yunizar ini berlangsung menarik dengan menghadirkan langsung Muhammad Bulkini, S.Pd., salah satu anggota tim penulis Buku Ensiklopedi Ulama Banjar edisi revisi. Dalam paparannya disampaikan, bahwa dalam edisi terbaru ada beberapa nama ulama yang ditambahkan.
“Di edisi revisi ini, ada 11 nama ulama yang ditambahkan dari edisi sebelumnya,” ujarnya.
Berikutnya, Ahmad Muhajir, Ph.D., Koordinator Pusat Kajian Banjar dan Melayu, membahas tentang terjemah Al-Qur’an ke Bahasa Banjar yang telah dibuat Tim UIN Antasari. Ia menegaskan, apa yang telah dibuat belumlah final, sehingga terbuka masukan untuk terjemahan yang lebih baik lagi.
“Barangkali akan ada versi yang lebih baik,” ujarnya.
Selanjutnya Dr. Muhammad Rusydi, M.Ag., Sekretaris LP2M, berbicara tentang kegiatannya meneliti keaslian kitab-kitab ulama Banjar. Ia mengatakan, tidaklah mudah untuk melacak siapa penulis atau pengarang sebuah kitab. Untuk itu, dalam prosesnya, tidak hanya menggunakan logika dan pemikiran semata, tetapi juga berdoa memohon petunjuk.
“Ketika meneliti tentang siapa penulis kitab, sebenarnya saya juga bertawasul,” ia mengungkapkan.
Antusias peserta seminar terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Di antara yang mendapatkan kesempatan adalah Ust. Asy’ari, menanyakan tentang kriteria seseorang bisa masuk dalam Buku Ensiklopedi Ulama Banjar.
“Kategori ulama itu seperti apa sehingga bisa disebut ulama? Apakah menulis kitab? Apakah punya pesantren?,” tanyanya.
Pertanyaan lain adalah dari Ustazah Miftahurrahmah, Lc., yang mempertanyakan tidak adanya nama ulama perempuan di ensiklopedi tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan itu ditanggapi dengan baik oleh para narasumber dan juga Ketua LP2M. Untuk pertanyaan terkait kriteria, disebutkan berkenaan dengan keilmuan ulama tersebut, pengakuan (rekognisi) dari masyarakat, majelisnya dihadiri banyak orang, hingga pernah menulis buku.
Sedangkan pertanyaan terkait ulama perempuan, dijelaskan narasumber bahwa telah diterbitkan di buku terpisah, dan bahkan telah dimasukkan ke dalam Ensiklopedi Ulama Banjar versi Bahasa Inggris dan Bahasa Arab.
(Jam/Fur/Ana)
