
Menjawab Kontroversi Siapa Penulis Tuhfat Al-Raghibin, Pusat Kajian Banjar dan Melayu Gelar Diskusi Buku Karya Prof. M. Asywadie Syukur
BANJARMASIN – Pusat Kajian Banjar dan Melayu (PKBM) yang dinaungi Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Antasari, menggelar Tadarus Ilmiah Karya Ulama dan Cendekiawan Banjar Seri 1. Kegiatan yang bertujuan mengeksplorasi pemikiran ulama ini dilangsungkan di Auditorium Mastur Jahri, Rabu (19/3/2025).
Hadir sebagai peserta bukan hanya dosen dan mahasiswa, kalangan eksternal dari kampus-kampus lain juga berpartisipasi. Nampak, bahwa ibadah puasa tidak mengurangi antusias. Tak hanya itu, Zoom dan YouTube juga ramai disimak penonton secara daring.
“Acara kita dihadiri 185 peserta yang mengisi form pendaftaran. Banyak sekali! Sungguh, melampaui ekspektasi kita,” ungkap Dr. Muhammad Zainal Abidin, M.Ag., selaku Ketua LP2M saat menyampaikan sambutan.

Ia juga menceritakan, bahwa diskusi dan bedah buku dengan judul Pembuktian Risalah Tuhfat Al-Raghibin Sebagai Karya Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, yang ditulis oleh Prof. M. Asywadie Syukur merupakan seri pertama dari kegiatan Tadarus Ilmiah. Harapannya, kegiatan-kegiatan serupa akan selalu ada.
“Hari ini merupakan kegiatan perdana semoga bisa bersambung di kegiatan berikutnya,” tambahnya.
Bertindak sebagai pemantik diskusi, Rektor menyampaikan apresiasi kepada panitia dan para peserta yang penuh semangat mengikuti kegiatan di tengah keterbatasan anggaran.
“Di luar ekspektasi kami, kegiatan ini tidak ada anggarannya. Tapi, ternyata antusias kita kepada ilmu pengetahuan luar biasa,” ujar Prof. Dr. Mujiburrahman, MA.

Menurutnya, kegiatan diskusi dan bedah buku karya Prof. M. Asywadie Syukur ini merupakan implementasi dari salah satu empat pilar keilmuan yang ada di UIN Antasari.
“Ini tidak lepas dari perjuangan UIN Antasari untuk menjaga khazanah lokal sebagai bagian dari empat pilar keilmuan,” tegasnya.
Selain kegiatan diskusi sebagai upaya untuk menjaga khazanah lokal, UIN Antasari juga telah lama mendirikan Banjar dan Melayu Corner. Selain dikunjungi warga lokal, tamu-tamu dari luar negeri juga sering kali bertandang ke sana.
“Buku ini, semula saya mendapatkan fotokopinya dari Ibu Nahed. Hasil penelitian yang masih diketik dengan mesin tik pada tahun 1990,” urai Rektor mengawali cerita inisiasi kegiatan ini.
Dalam hasil penelitiannya tersebut, Prof. M. Asywadie Syukur mengungkapkan argumentasi yang sangat kuat, membawa kepada kesimpulan bahwa kitab Tuhfat Al-Raghibin merupakan Karya Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari.
“Ternyata menggunakan argumentasi yang luar biasa untuk membuktikan bahwa Tuhfat Al-Raghibin adalah Karya Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari,” terang Prof. Mujiburrahman, MA.
Kontroversi tentang siapa pengarang kitab Tuhfat Al-Raghibin, menurut Prof. Mujib, merupakan kontroversi yang menarik, karena bisa menghubungkan kembali silaturahmi yang terputus antara orang Banjar dan Palembang.
“Kontroversi terhadap kitab ini menarik, karena menghubungkan silaturahmi yang dulu pernah ada, namun terputus. Jadi, ini bukan kontroversi yang membuat kita bermusuhan, namun membuat kita bersahabat kembali dengan orang-orang di Palembang,” pungkasnya.
Diskusi dan bedah buku dipandu oleh Ketua Pusat Kajian Banjar dan Melayu Ahmad Muhajir, Ph.D dengan narasumber Dr. Muhammad Rusydi, M.Ag. dan Hj. Nahed Nuwairah, S.Ag., M.H.I. Banyak fakta baru yang diungkap oleh kedua narasumber, sehingga diskusi berlangsung menarik. Banyaknya pertanyaan dari para peserta, menambah kemeriahan acara, seakan tak hendak berakhir.
(Jam/Ana)







