Menjamurnya Pesantren Tahfiz di Kalsel, Diteliti Ahyar Rasyidi dalam Disertasinya
BANJARMASIN – Pesantren tahfiz di Banua terus tumbuh pesat, yang merambah 13 kabupaten/kota. 11 tempat pun diteliti oleh Ahyar Rasyidi dalam disertasinya, yang berjudul Dinamika Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an di Kalimantan Selatan.
Karangan ilmiah ini kemudian dipresentasikan di Gedung Pascasarjana Universitas Islam Negeri Antasari, Senin (28/11/2022). Hadir Rektor Prof. Dr. H. Mujiburrahman, M.A. sebagai ketua penguji, disusul Dr. H. Akhmad Sagir, M.Ag., Prof. H. Zulfa Jamalie, Ph.D., Dr. K.H. Ahsin Sakho Muhammad, M.A. (penguji eksternal dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), Prof. Dr. H. Abdullah Karim, M.Ag., Dr. H. Husnul Yaqin, M.Ed., dan Dr. H. M. Abduh Amrie, M.A. (sekretaris).
Hasilnya, Ahyar yang juga Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Jami Banjarmasin ini, berhasil meraih nilai 89,29 (A–), dan menyandang gelar doktor ke-66 Pascasarjana UIN Antasari.
“Alhamdulillah kita puas dengan pembelajaran yang ada. Suatu kebanggaan, UIN Antasari Banjarmasin telah memberikan kita kesempatan untuk banyak belajar, dan kita alhamdulillah menyelesaikan S-1, S-2, dan S-3 istikamah di UIN Antasari Banjarmasin,” ucapnya saat diwawancarai Humas usai sidang terbuka.
Pihak penguji pun meminta ada perbaikan disertasi, dengan berbagai masukan yang telah diberikan, guna bisa menjadi bahan pengembangan pendidikan ke depan.
“Paling tidak ditekankan metode yang digunakan oleh pondok-pondok pesantren tahfiz, sehingga informasi tentang itu sangat berguna kepada pondok-pondok pesantren yang menjalankan program tahfiz,” ucap Guru Besar Prof. Dr. H. Abdullah Karim, M.Ag. kepada Humas.
Dari temuan yang dilakukan Ahyar, terdapat 3 model penerapan program tahfiz. A) Murni menyelenggarakan tahfiz Al-Qur’an dengan tambahan paket B dan C. B) Mengadopsi sistem Pendidikan formal. Dan C) hanya berupa suplemen.
Sedangkan metode-metode yang diterapkan, yakni Talaqqi, Tikrar, Sabaq-Sabqi-Manzil, Muraja’ah, Tadabbur, Turki Usmani, dan Yanbu’a.
Adapun pesantren-pesantren yang diteliti adalah As-Sofa (Desa Sungai Pasir, Kecamatan Pulau Laut Tengah, Kabupaten Kotabaru), As-Salam (Desa Hilir Muara, Kecamatan Pulau Laut Sigam, Kabupaten Kotabaru), Nur Madani (Kabupaten Tanah Bumbu), Sulaimaniyah Al-Husna (Banjarbaru), Al-Ihsan (Banjarmasin), Futuhatus-Samadaniyah Dar al Qur’an Dar al-Huffaz Al Mansur (Desa Walangko, Kabupaten Hulu Sungai Tengah).
Kemudian Raudatul Amin (Kabupaten Hulu Sungai Selatan), Yanbu’ul Qur’an 4 (Desa Pantai Cabe, Kecamatan Salam Babaris, Kabupaten Tapin), Dar al-Ihsan (Banjarbaru), Nurul Hidayah (Desa Sungai Salai, Kecamatan Candi Laras Utara, Kabupaten Tapin), dan An-Najah Cindai Alus Putri (Kabupaten Banjar).
Ahyar turut menegaskan, banyak manfaat dari menghafalkan Al-Qur’an, sehingga para orang tua berbondong-bondong mengajak buah hatinya mengikuti program-program tahfiz.
“Yang jelas orang yang hafal Al-Qur’an akan Allah berikan posisi yang mulia di sisi Allah Swt. Yang kemudian, manfaatnya itu bisa menjadi benteng bagi orang yang hafal Qur’an untuk senantiasa diharapkan berbuat taat dengan hafalan yang dia miliki,” pungkasnya saat menyitir Quran Surah Al-Hijr Ayat 9.
(Fur/Ali)
