Datang ke Negara Bagian Perak, Rektor Bersilaturahmi dengan para Tokoh Senior Keturunan Banjar di Malaysia
IPOH – Senin malam (29/07/2024), tokoh senior (tutuha) keturunan Banjar di Malaysia Haji Jamaluddin bersama istri dan tiga orang lainnya, menemui Rektor UIN Antasari di lobi Hotel Impiana, Ipoh, Negara Bagian Perak. Selain berkenalan, tokoh-tokoh tersebut membicarakan rencana pertemuan warga Banjar dengan Rektor di Hotel Casuarina besok hari.
Sebelum acara dimulai pada pukul 12.00, Selasa (30/07), sudah banyak warga Banjar yang berdatangan. Mereka saling sapa dan mengambil foto. Rektor disambut Dr. Dato Mohd Azmi, seorang petinggi di Universitas Sultan Azlan Shah (USAS) dan istrinya yang merupakan keturunan Banjar. Rektor juga diantarkan oleh Vice Chancelor USAS Prof. Wan Sabrin bin Yusof. Suasana meriah dan ramai-ramai berfoto.
Ketika semua sudah berkumpul, acara dipandu Haji Jamaluddin, yang memperkenalkan beberapa tokoh yang hadir. Ada empat orang mantan Bupati Kerian yang datang, yaitu Dato Ismail Hasan, Dato Kamarudin Awang, Haji Abd Latiff Masud, dan Haji Mohd Sabli Bakri. Adapun yang terakhir, Haji Mohd Sabli Bakri, sekarang berpindah menjadi Bupati Daerah Mualim. Hadir juga tokoh-tokoh Banjar yang aktif di perbankan, kantor urusan agama, dosen, hingga perdagangan.
Dalam sambutannya, Haji Mohd Sabli Bakri menjelaskan, bahwa setelah berganti beberapa generasi, saat ini bahasa Banjar mulai terlupakan oleh generasi muda keturunan Banjar. Mereka sudah kawin lintas etnis, dan setiap hari berbahasa Melayu dan Inggris. Kadang mereka juga malu berbahasa Banjar.
“Meski demikian, kita berharap unsur lain dari kebudayaan Banjar dapat dipertahankan, seperti misalnya kuliner, makanan-makanan khas Banjar, dan produk batik sasirangan, yang bisa menjadi pakaian khas orang Banjar di mana pun berada,” ungkapnya.
Dalam sambutannya Rektor mengatakan, bahwa mungkin warga Banjar yang ada di Perak Malaysia ini adalah keturunan orang-orang Banjar yang dahulu mengamankan diri dari kekacauan Perang Banjar (1859–1906).
“Dalam budaya Banjar, ada yang disebut ‘madam’ yakni merantau, yang biasanya memiliki dua tujuan: mencari rezeki dan mencari ilmu. Itu sebabnya, kebanyakan orang Banjar di perantauan menjadi petani, pedagang, dan ulama. Baru belakangan mereka terjun ke dunia politik,” urai Prof. Dr. H. Mujiburrahman, M.A.
Rektor juga menjelaskan, bahwa UIN Antasari yang berbasis lokal dan berwawasan global, berusaha menjaga dan mengembangkan budaya Banjar sesuai dengan nilai-nilai keislaman.
“Ada mata kuliah wajib di semua program studi yang disebut ‘Islam dan Budaya Banjar’. Ada pula ‘Banjar Corner dan Melayu Corner’ di perpustakaan Kampus 1,” jelas Prof. Mujiburrahman.
Rektor menambahkan, UIN Antasari juga menerjemahkan Al-Qur’an ke bahasa Banjar dan membuat ornamennya yang khas Banjar.
“Tahun 2024 ini, UIN Antasari juga tengah menyiapkan terjemahan Ensiklopedi Ulama Banjar ke bahasa Arab dan bahasa Inggris,” ungkapnya.
Rektor akhirnya mengajak warga Banjar di Perak untuk kuliah di UIN Antasari. Kebetulan hadir pula dalam pertemuan ini seorang alumnus Prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam (Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi) bernama Hafizul Akhtar bersama orang tuanya.
“Mungkin kelak ada lagi yang ingin mengikuti jejak Hafizul,” harapnya.
Selain itu, sambung Prof. Mujiburrahman, diharapkan ke depannya UIN Antasari bisa melakukan penelitian tentang diaspora Banjar di Perak, dan pengabdian kepada masyarakat melalui USAS.
Di penghujung acara, Rektor memberikan hadiah buku karangan Ahmad Makkie dan Syamsiar Seman berjudul Peribahasa dan Ungkapan Tradisional Bahasa Banjar sebanyak dua eksemplar kepada warga Banjar yang hadir, yang diwakili oleh Haji Jamaluddin dan Datin Fairuz.
(Catatan Perjalanan Rektor)
